Benarkah Indeks Literasi Masyarakat Indonesia Rendah?

Berdasarkan data dari Perpusnas dan IKAPI menunjukkan bahwa terdapat kurang lebih ada 9.000 penerbit aktif di Indonesia, 2.000 di antaranya merupakan anggota IKAPI. Tingkat produktivitas penerbit dalam menerbitkan buku pertahunnya kurang dari 100 judul atau kurang dari 10 judul per bulan. Jika ditotal produktivitas seluruh penerbit, maka setiap tahun kurang dari 90.000 judul buku per tahun terbit. Sebagai negara dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa, Indonesia memiliki tingkat ketersediaan buku per tahun yang cukup rendah. Sedikit ilustrasi, jika 90.000 judul buku tersebut dicetak @1.000 eks, maka jumlah eksemplar buku yang tersedia sebanyak 90.000.000. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia berarti, setiap 1 eksemplar buku dibaca oleh 3 orang. Sementara, standar UNESCO, 1 orang membaca setidaknya 3 judul buku.

Data statistik di atas menunjukkan bahwa perlu lebih banyak partisipasi baik itu dari pemerintah maupun swasta untuk dapat menyediakan jumlah judul buku yang lebih banyak sehingga standar UNESCO sebagai panduan tingkat literasi di suatu negara dapat diwujudkan secara bersama-sama. Saat ini, tingkat literasi di Indonesia memang tergolong masih rendah. Data tahun 2023 dari PISA menunjukkan Indonesia berada di peringkat 71 dari 81 negara yang disurvei. Secara sederhana, data dari PISA tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih rendah minat bacanya. Namun, ketersediaan jumlah judul buku yang terbit setiap tahunnya memang bukan satu-satunya penyebab rendahnya minat baca tersebut. Setidaknya ada 3 penyebab utama rendahnya minat baca masyarakat, yaitu:

  1. Ketersediaan buku yang minim (jumlah terbitan buku baru)
  2. Kesulitan akses untuk memperoleh/membaca buku (akses perpustakaan dan harga buku yang mahal)
  3. Kualitas buku yang rendah (tema konten tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kualitas tulisan serta desain buku)

Dari ketiga penyebab utama rendahnya minat baca masyarakat, maka peran sebuah penerbit menjadi cukup signifikan untuk dapat meningkatkan literasi dan minat baca masyarakat. Penerbit yang membuat buku asal jadi karena ada suatu projek maupun karena dikejar target bisa menyebabkan masyarakat menjadi apatis terhadap kehadiran sebuah buku, ditambah harga buku yang mahal dan tema konten yang tidak dibutuhkan masyarakat. Sehingga pentingnya sebuah analisis bagi suatu penerbit ketika akan menerbitkan sebuah buku. Menerbitkan buku yang kemudian menjadi best seller merupakan idaman setiap penerbit karena dengan demikian secara bisnis, penerbit tersebut akan terus hidup. Namun, menanamkan suatu idealisme berupa tingginya kualitas buku baik itu konten maupun desainnya juga penting demi meningkatkan kualitas literasi masyarakat. (DJ)

Scroll to Top